chill infront eiffel tower.

 "kau jadi mengundurkan diri?" zio menyodorkan segelas kopi kepada khaella. 


"hanya candaan, bung." tanpa menatap ke arah zio, khaella menjawab. 


kedua pasang mata itu tidak lagi saling menatap tajam satu sama lain seperti kemarin pagi, kini mata - mata itu sibuk menatap pemandangan yang ada di hadapan mereka. sebuah menara besar dengan cahaya di sekelilingnya, menara eiffel. mereka sudah tiba di tempat ini, kota yang menjadi tujuan utama para wisatawan, kota paris. 


"ngomong - ngomong, kenapa alva marah kepadamu?" khaella menatap zio sekilas.


"mantan istriku, kazella. aku tak berpikir dia akan mengarang cerita sebaik itu. apa dia sekarang seorang aktris? atau seorang penulis naskah?" 


"dia bahkan bukan lagi model yang baik, aku menontonnya dan gaya berjalannya menjadi hancur." jawab khaella, dari ekspresinya tampak begitu banyak kebencian. 


zio menatap khaella, topik ini mulai menjadi seru seiring berjalannya waktu. 


"kau mantan model, bukan? apa kau pernah melihat seorang model berjalan dengan menggesek kakinya? bahkan suara langkah sepatunya tidak lagi terdengar keras." 


zio terkekeh kecil, "pfft... seburuk itu?"


"iya, mungkin lebih buruk jika kau melihatnya secara langsung."


zio menggeleng - geleng perlahan, kemudian tersenyum miring membayangkan jika saja gadis itu berhenti bekerja di bidang peragaan busana, pasti lucu.


"ngomong - ngomong bagaimana anakmu?" zio bertanya. 


"aku menyerahkannya kepada saudara perempuanku. lagi pula, anakku sudah berusia lima tahun, kurasa sudah cukup besar untuk ditinggal bekerja."


"meninggalkan anak sendirian itu tidak baik, khaell. aku tau dia bersama dengan saudaramu, tapi lihat apa yang kita dapatkan karna terpisah dari salah satu orang tua kita untuk jangka waktu lama...kita menjadi ganas dan haus akan perhatian." ujar zio, tatapannya lagi - lagi kosong.


khaella terdiam untuk sejenak, berusaha menyerap kalimat - kalimat zio di dalam lubuk hatinya yang terdalam. satu menit kemudian, gadis itu mulai menyadari kesalahannya. 


"kau benar...aku tak bisa meninggalkan anakku begitu saja." 


zio mengangguk. 


"hey, pecat aku sekarang. aku akan terbang ke indonesia begitu bisnis kita di sini selesai."


"kuharap kau tak meminta uang pesangon."


khaella terkekeh kecil, "aku memintanya, transfer saja." tiba - tiba ekspresi wajahnya menjadi datar.

Komentar