3AM again, but in spain.

alarm berdering kencang, membuat sepasang mata sipit itu terbuka dengan terpaksa. pemuda itu menatap kesal ke arah ponsel yang berada tak jauh dari tempat tidurnya, ia berdiri dan menggerak - gerakkan tubuh sang pemuda yang sedang tertidur di sebuah kasur yang berada tepat di samping kasur tempat dirinya tidur.

"bangun, alarm sudah berbunyi." suaranya sangat pelan dan lemah, namun dapat membuat pemuda yang tertidur itu terbangun dari dunia tidak sadarnya. 

"aku baru tau ada alarm seberisik itu, nat." alva mendengus di akhir kalimatnya.

zio terkekeh kecil, ia menatap alva dengan tatapan sayu. "aku juga baru tau ada malaikat di bumi." pemuda itu menggosok - gosok matanya perlahan, guna menjernihkan penglihatannya. 

"mana?" alva menatap zio dengan penasaran, sepasang mata sipit itu berubah menjadi sepasang bola besar.

"lihatlah ini, kau begitu jelek dipagi hari. pergilah menatap cermin dan cuci wajahmu." suara berat milik zio menjadi dominasi di keheningan itu. 

alva menunduk lesu, ia menatap ke arah jam yang berada di layar ponselnya. sekali lagi, pemuda itu mendengus kesal. 

"entah manusia macam apa yang menyetel alarm pukul tiga subuh." ia menatap lawan bicaranya, sembari mengambil handuk yang berada di sofa. 

"manusia sepertiku, ada apa?" 

      alva mencabikkan bibirnya kesal, pemuda itu melangkah menuju kamar mandi dengan cara menghentak - hentakkan kakinya di lantai. ia bahkan membanting pintu, membuat zio terkekeh kecil karna sikapnya yang begitu kekanak - kanakkan ketika kesal. 

tiba - tiba, sebuah kepala muncul dari balik pintu kamar mandi. sepasang mata pemuda berambut blonde itu menatap zio dengan tatapan memelas, "pertanyaan singkat." ujarnya cepat. 

zio melirik layar ponselnya, waktu menunjukkan pukul tiga lewat dua puluh menit. dengan terpaksa ia menggangguk, "cepat, kita kehabisan waktu untuk berkerja."

"name?"

"zionathan."

"sexuality?"

zio menatap alva datar,

"very...very...very...gay." 

alva tertawa cekikikan, sembari menutupi mulutnya dengan telapak tangan. 

"habbit?"

"breathing."

kini, ekspresi alva sudah tidak dapat dijelaskan lagi. 

"biarkan aku yang bertanya," zio bangkit dari kasurnya, melangkah menuju pintu kamar mandi dimana alva berada. 

"tidak, hanya aku yang boleh ber-" kalimat pemuda itu terpotong oleh nada berat dari sang lawan bicara. 

"do you love me?"


©/chanyoell zionathan, 박.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

chill infront eiffel tower.